Minggu, 31 Desember 2017

Pembangkang Rasa

Dalam kenyamanan yang kau berikan
Aku masih saja dalam penolakan
Bukan seutuhnya hilang harapan
Melainkan sudah jauh ku tempa peradaban

Haluan yang ku tolak
Kini menghabisiku telak
Impianku disana sini
Sudah tak ada lagi

Percuma diperkara
Jika sudah menjadi sengsara
Kesana kemari tiada arti lagi
Sekalipun berpura-pura ingin pergi

Mati rasanya
Rasanya mati
Bak mengukir sebuah luka
Dengan sebilah belati


311217

Selasa, 28 November 2017

Mencari Benar

Diyakininya sesuatu
Tanpa bertanya lebih dulu
Katanya Ini benar yang ditunggu?
Atau hanya sekedar penutup malu?

Pahit selalu ada dalam tiap rasa
Kadarnya saja yang berbeda
Entah bisa dinikmati
Ataukah hilang tanpa diresapi

Kau begini, dibilang begitu
Kau begitu, dibilang begini
Biar saja itu hanya bumbu
Nikmati dan resapi dulu

Sebanyak kau benar
Sedikit kau tenar
Sedikit kau salah
Sebanyak kau dijarah


Hanguskan saja ragumu
Karna mulut-mulut harimau
Percaya pada apa yang kau yakini
Tak perlu mencari abunya lagi


151117

Kamis, 17 Agustus 2017

Wanita Bersenandung Duka

Yang aku khawatirkan
Bukan lagi menjadi siapa
Tapi bagaimana aku berarti dimasa tuanya
Dimasa seharusnya penuh kebahagian

Sudah separuhku manusia
Tapi tak jua mengasah ada
Hanya beban-beban mereka
Minta-minta hasil tuanya

Sampai kapan?
Niat penuh tanpa aksi
Senang-senang berpangku tangan
Hanya sisakan bangkai-bangkai janji

Simpan saja sampai bersambut sepi
Berdatangan sesal-sesal
Melihat mereka tanpa alas kaki
Menunggu kedatangan ajal


220717
_Fa

Kamis, 18 Mei 2017

Rayuan Puan

Sesekali aku mencoba pergi
Dan sesekali pula aku harus kembali
Bukan tanpa sebab aku begini
Hanya berusaha mengikuti kata hati

Terasa manis
Namun harus ku lempar kembali
Pada pikiranku yg menuntut waras
Bukan pada rasa yg semakin menghakimi

Aku mungkin sudah separuh gila
Oleh kata yang tiada makna
Pun bias-bias asa
Yang terbungkus dalam fana

Berlariku terengah
Dalam langkah yang menyurut
Seribuku melawan resah
Berjutaku digelayuti takut

Haruskah ku labuh?
Menghiraukan sebuah rasa
Demi perdulikkan pikiran saja
Yang kini sudah ku anggap tuah

Kembali merayuku pada Tuhan
Pemilik segala jawaban
Padukanlah pikiran
Dengan rasa agar sejalan

_Fa

Minggu, 02 April 2017

Sejauh Kata

Sajakku terlalu antagonis
Bila disanding sajakmu yang manis

Jemariku terlalu beku
Tuk menoreh kisah dimasa lalu

Lembaran dan penaku jua semakin kaku
Seolah tak mau tau

Aku pantas dipersalahkan
Atas semua kekeliruan

Biarlah kataku melayu
Seumpama tak mampu merayu

Namun setidaknya telah ku lahap usaha
Walau nanti berujung sia

Ku titipkan semua pada-Nya yang Maha Tau
Bukan padamu yg tak Mau Tau

Minggu, 020417

Senin, 13 Februari 2017

Tuan Tanya

Awalnya pertanyaan-pertanyaan itu tak cukup sulit
Hingga akhirnya waktu menua
Akupun seolah terhimpit
Dengan segala yg Tuan tanya

Tunggulah hingga baiknya tiba
Jangan lagi menjeratku pada kata terbuka
Karna aku ini hanya wanita pena

Sajikan saja aku lembar-lembar tak bertinta
Biarkan aku bercerita
Tanpa perlu berdusta pada Tuan tanya

Bukan tak mampu aku bergurau
Hanya saja aku lebih senang menarikan penaku pada lembaran tak berkicau
Agar terjaga lisanku dari perkara pikiran kacau

Hai Tuan..
Kau lihat tumpukan di kananku itu?
Ya itu lembaran yg sudah ku goreskan
Begitu banyak bukan?
Tapi menolehlah ke kiri
Tampak tumpukan lembaran putih kosong mulai menipis
Jua tinta pena yg ku genggam menyurut
Pertanda waktuku hampir habis

Tapi aku tak tahu
Apakah tulisanku sudah mampu menjawab seluruh pertanyaanmu, Tuan?

Bolehkah aku meminta waktu (lagi) ?
Aku ingin tanyakan semuanya pada Tuhanku
Terlalu egois rasanya jika ku putuskan sendiri
Tanpa melibatkan Ia sang pemilik hati

Terserah kau berkata apa
Dialog panjangku hanya pada Tuhanku
Aku tetap pada caraku
Diam, tanpa tau pasti kapan padamu bersua

Tuan..
Aku tahu sebenarnya kau mulai lelah
Menunggu tak tentu arah
Pada pertanyaan-pertanyaanmu yg belum ku jawab utuh
Sungguh, aku meminta maaf atas segala yg ku buat gaduh

Senja, Senin terakhir Januari 2017

Fa

Senin, 30 Januari 2017

Perkara Embun

Banyak hal yang tak ku ketahui
Bak embun yang hilang oleh mentari
Entah dipaksa pergi
ataukah rela menyepi sendiri ?

Embun sudah tak mampu lg menggodaku jahil
Sejak terjatuh dari si empunya klorofil
Entah tersapu angin pagi ataukah menghindar pada mentari memanggil ?

Belum ku dapatkan jawaban itu
Kini ku dilempari pilu
Saat tak lagi bertemu embunku
Sejak minggu lalu

Percuma aku bangun lebih awal
Kehadirannya telah digantikan hujan bisu
Pertanyaan-pertanyaan ku kini menjadi nihil
Ia lenyap terbawa sang pembuat rindu

Entah aku harus terduduk menunggu
ataukah membiarkan semua berlalu?
Mengganti embun yg dinanti dengan sejuta harapan baru?

310117
_Fa